Koneksi Antar Materi Modul 1.4 Budaya Positif
Bismillah. Assalamualaikum Wr Wb.
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah pemilik semesta alam. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada guru terbaik sepanjang masa Nabi Muhammad SAW.
Kepada yang terhormat bapak Harjonoi selaku fasilitator CGP Angkatan 10, ibu Hj Ade Fatmawati, M.Pd selaku Pengajar praktik dan bapa ibu saudara pembaca blog ini, izin kan saya menulis tugas koneksi antar materi modul 1.4.
Disini saya akan meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di paket Modul 1 dan membuat koneksi antar materi dari modul 1.1, 1.2, 1.3 dan 1.4.
Koneksi antar materi saat ini saya bagi menjadi dua, yaitu kesimpulan dan refleksi.
KESIMPULAN
Modul 1.1 Filosofi KHD
Pada modul 1.1 saya telah mempelajari tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Menurut beliau pendidikan adalah upaya untuk menuntun anak ke arah keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya, serta berupaya membebaskan anak untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak
Sedangkan pada modul 1.2 saya telah mempelajari tentang nilai dan peran guru penggerak. Pada modul ini saya juga mempelajari tentang profil pelajar pancasila yang terdiri dari:
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia
2. Mandiri
3. Bergotong Royong
4. Berkebhinekaan global
5. Kreatif
6. Bernalar kritis
Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
Dan pada modul 1.3 saya belajar tentang bagaimana membuat visi guru penggerak menggunakan Paradigma Inkuiri Aspiratif (IA) yang fokus pada kekuatan positif yang sudah dimiliki.
Untuk melengkapi paradigma IA kita bisa menggunakan metode BAGJA yang merupakan singkatan dari Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur Eksekusi.
Modul 1.4 Budaya Positif
Pada modul 1.4 saya mempelajari tentang perubahan paradigma belajar, disiplin positif, motivasi perilaku manusia, kebutuhan dasar, posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas dan segitiga restitusi.
Perubahan Paradigma Belajar
Di materi perubahan paradigma belajar saya belajar tentang Ilusi bahwa guru mengontrol siswa, ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat, ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter, Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa, dan teori stimulus-Respon.
Disiplin Positif
Tujuan dari disiplin positif adalah untuk menanamkan motivasi kepada semua siswa kita, agar mereka menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Motivasi ini berasal dari diri siswa (Internal) sehingga akan berdampak jangka panjang dan tidak akan terpengaruh dengan adanya hukuman dan hadiah.
Motivasi Perilaku Manusia
Terdapat 3 motivasi perilaku manusia menurut Diana Gossen, yaitu:
• Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
• Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain
• Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya:
Kebutuhan Dasar
Menurut Dr. William Glasser dalam Choice Theory, terdapat 5 Kebutuhan Dasar Manusia, yaitu:
1) Kebutuhan Bertahan Hidup
2) Kebutuhan Cinta dan Kasih Sayang (Kebutuhan untuk Diterima)
3) Kebutuhan Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan)
4) Kebutuhan Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)
5) Kebutuhan Kesenangan (Kebutuhan untuk Merasa Senang)
Posisi Kontrol Guru
Menurut Diane Gossen, terdapat 5 posisi kontrol seorang guru terhadap siswanya, yaitu:
1) Penghukum; menggunakan hukuman fisik dan verbal.
2) Pembuat Orang Merasa Bersalah; guru bersuara lembut, menggunakan keheningan yang membuat siswa menjadi tidak nyaman
3) Teman: guru tidak akan menyakiti murid, tetapi akan berusaha mengontrol siswa melalui persuasi.
4) Monitor/Pemantau; Posisi pemantau berdasarkan peraturan-peraturan dan konsekuensi dengan memisahkan hubungan pribadi.
5) Manajer; merupakan posisi mentor dimana guru berbuat bersama dengan murid, mengajak siswa mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung siswa menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.
Keyakinan Kelas
Keyakinan merupakan nilai-nilai kebaikan atau prinsip-prinsip yang disepakati secara universal. Orang akan lebih semangat atau tergerak untuk melaksanakan keyakinannya daripada hanya mengikuti aturan.
Segitiga Restitusi
Segitiga tersebut dibagi menjadi 3 sisi, yaitu:
1) Sisi Menstabilkan Identitas
Sisi ini merupakan bagian dasar dari segitiga yang bertujuan untuk mengubah identitas anak dari yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses.
2) Sisi Validasi Tindakan yang Salah
Restitusi tidak menyarankan guru berbiacara kepada siswa, bahwa melanggar peraturan adalah sikap yang baik. Tetapi, dalam restitusi harus memahami alasannya dan memahami bahwa setiap orang pasti melakukan hal yang terbaik pada waktu tertentu.
3) Sisi Menanyakan Keyakinan
Setelah melalui langkah 1 dan 2 di atas, maka anak telah siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dipercaya dan berpindah menjadi orang yang diinginkan.
Koneksi Antar Materi
Baik modul 1.1, modul 1.2, modul 1.3, dan modul 1.4 memiliki koneksi atau keterkaitan antara satu dan lainnya. Keterkaitan itu terlihat saat mempraktikan segitiga restitusi.
Peran Saya Dalam Menciptakan Budaya Positif Di Sekolah
Setelah mempelajari tentang budaya positif bersama fasilitator dan instruktur Program Guru Penggerak (PGP) saya mencoba untuk mempraktikan segitiga restitusi di kelas untuk menciptakan budaya positif di Sekolah.
Ada dua kasus yang saya tangani. Pertama adalah siswa yang telat masuk kedalam kelas setelah istirahat dan kedua adalah siswa yang tidak mengumpulkan tugas karena bukunya tertinggal di rumah.
Setelah mempraktikan segitiga restitusi kepada 2 orang siswa tersebut saya menyimpulkan bahwa peran Anda saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah masih sangat jauh dari kata ideal.
Untuk membiasakan diri saja dengan segitiga restitusi perlu waktu dan jam terbang yang banyak.
Kemudian, saya tersadar bahwa segi tiga restitusi ini ternyata sangat sesuai dengan filosofi Pendidikan KHD, Dimana tugas kita sebagai guru adalah menuntun anak sesuai dengan kodratnya. Maka dengan berperan sebagai menager dan menggunakan segitiga restitusi kita bisa menuntun anak lebih efektif karena bisa menumpuhkan motivasi instrinsik.
Kedepannya, untuk menggerakan komunitas praktisi saya akan berkolaborasi dengan teman CGP di sekolah untuk berbagi praktik baik tentang disiplin positif kepada teman sejawat di sekolah. Harapannya, semakin banyak guru yang memahami dan tergerak untuk melaksanakan disiplin positif.
Dengan budaya positif ini semoga siswa semakin Bahagia di sekolah, seperti visi saya yaitu “mewujudkan siswa yang Bahagia dunia akhirat”.
REFLEKSI
1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Saya insyallah sudah memahami konsep-konsep inti tentang disiplin positif, teori control, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi control guru, kebutuhan dasar manusia, keyakkinan kelas, dan segitiga restitusi.
Hal menarik dan diluar dugaan saya adalah bahwa saya memiliki sudut pandang yang berbeda Ketika dulu saya mendapat materi ini dari teman sejawat yang dulu berperan sebagai CGP.
Dulu saya sangat kontra terhadap segitiga restitusi karena menurut saya tidak relevan dengan kondisi siswa yang sangat menantang di sekolah. Namun setelah saya mempelajari sendiri di Program Guru Penggerak ini saya merasa pro, ingin menerapkannya di kelas, dan ingin mengajak teman sejawat untuk melakukan hal ini.
2. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
Dulu saya bahwa cara paling efektif mendisiplinkan siswa adalah dengan mengangkat suara dan memasang raut wajah marah.
Namun, sekarang saya sadar bahwa ternyata itu salah karena tidak dapat membangkitkan motivasi instrinsik pada siswa.
3. Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?
Saya pernah mendapati siswa yang salah tapi tidak merasa bersalah, maka saya terpaksa membuat siswa tersebut merasa bersalah, padahal hal ini tidak ada di segitiga restitusi.
4. Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?
Perasaan saya saat itu adalah bingung, tapi kemudian saya segera mengambil Keputusa.
5. Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?
Hal yang sudah baik adalah saya sudah mencoba meski hasilnya belum sempurna, namun saya percaya seiring berjalannya waktu dan bertambahnya jam terbang maka saya bisa menjadi lebih baik.
Hal yang perlu diperbaiki adlaah membuat daftar pertanyaan yang disesuaikan dengan kasus dan kondisi anak. Karena jika hanya menggunakan pertanyaan template akan terasa aneh, kaku, atau bahkan tidak nyambung.
6. Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?
Sebelum mempelajari modul ini saya berusaha memposisikan diri saya sebagai pengawas. Saya tidak mau ambil pusing dan keluar energi banyak untuk menaikan suara. Meski demikian, saya dalam kondisi tertentu kadang pertahanan saya gagal sehingga emosi tidak terbendung dan mengambil posisi sebagai penghukum.
Setelah mempelajari modul ini alhamdulillah saya lebih bisa mengontrol emosi diri. Hanya saja saya merasa perlu banyak laltihan untuk bisa mengambil posisi sebagai manager.
7. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?
Belum pernah
8. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Hal lain yang penting untuk dipelajari adalah bagaimana membuat pertanyaan yang sesuai dengan kondisi anak dan mudah dipahami.
Adapun untuk menciptkaan budaya positif baik di lingkungan sekolah saya harus belajar komunikasi lebih baik lagi baik dengan teman sejawat maupun atasan.
Demikian, semoga bermanfaat, terimakasih.
Assalamualaikum Wr Wb
Posting Komentar untuk "Koneksi Antar Materi Modul 1.4 Budaya Positif"